"itu kalo konser besar, gue kok gak liat kabel jack keleweran ya?"
"Kok mixernya ada di depan panggung?"
"Apa gak pusing soundman nya liat kabel pating njelimet kaya gitu"
"Fungsi checksound apa sih? kayanya suaranya sama aja?"
"kok mixer ada 2 sih? yang satu di depan panggung, yang satunya di deket pemain band?"
"kalo mau buat sound system kaya gitu habis budget berapa ya?"
Setidaknya saya sering mendengar pertanyaan-pertanyaan diatas. Dan saya disini mencoba untuk menjadi perantara dan pencari jawaban atas pertanyaan diatas.
Saya berkonsultasi dengan Gusti dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah saya catat (niat banget lho)
"itu kalo konser besar, gue kok gak liat kabel jack keleweran ya?"
Kata gusti, itu karna mereka (soundman) memakai sebuah kabel yang isinya puluhan pasang kabel yang biasa disebut Snake Cable, jadi tidak ada kabel yang berserakan di depan panggung sampai ke F.O.H (ruangan operator / mixer yang ada di depan panggung)
Contoh snake cable
"Kok mixernya ada di depan panggung?"
Nah kalo ini biasa disebut Front-of-House atau disingkat jadi F.O.H
tujuannya adalah supaya sound engineer bisa mendengarkan apa yang audience dengar, sehingga mereka bisa melakukan adjustment sesuai dengan yang mereka dengar, dan hasilnya pun lebih maksimal daripada bekerja di samping panggung karna bisa mendengar langsung suara yang dikeluarkan oleh speaker.
Front-of-House
"Apa gak pusing soundman nya liat kabel pating njelimet kaya gitu"
Sebenarnya sound system itu mudah, yang penting faham konsep "input / output"
Jika kita paham kedua hal diatas, maka melihat kabel berserakan seperti itu tidak akan membuat pusing, toh kita tau kok itu jalurnya pada kemana. Misalkan, gitar masuk channel 12, keyboard di channel 13, drum di channel 1-10. makanya engineer gak pusing, karna buat mereka, itu adalah beautiful mess
"Fungsi checksound apa sih? kayanya suaranya sama aja?"
Well, ini dibantah keras oleh Gusti. kata dia "coba look closer, ikuti acara dari mulai setup sampe selesai, bakal keliatan bedanya".
Fungsi checksound adalah melakukan pembagian volume dari masing-masing input sehingga tidak ada yang saling "tumpang tindih". Fungsi Checksound adalah untuk membagi frekuensi antar instrumen maupun input lain. Contoh : Gitar elektrik tidak dikurangi Low nya, pasti akan "Baku hantam" dengan bass gitar. Atau Tom floor dari drum tidak dikurangi low nya, pasti akan menindih kick drum. Checksound untuk band lain digunakan untuk adjustment agar identitas / color dari band tersebut bisa muncul dan standout.
"kok mixer ada 2 sih? yang satu di depan panggung, yang satunya di deket pemain band?"
Kalo yang ini, Mixer di depan panggung untuk mencampur suara yang akan dikeluarkan di speaker utama, sedangkan yang di samping panggung digunakan untuk kebutuhan monitoring supaya bisa berkomunikasi dengan pemain.
Contoh : pemain drum ingin mendengar gitar, bass, dan vokalis lebih banyak, maka yang melakukan adjustment adalah mixer monitor, dan mixer F.O.H tidak perlu melakukan adjustment apapun.
"kalo mau buat sound system kaya gitu habis budget berapa ya?"
Ini baru pertanyaan sesungguhnya, hehehe.
Oke yuk kita main itung-itungan.
Sebuah mixer dengan input 24channel bisa seharga 10 juta rupiah keatas. Kita asumsikan 10 juta saja.
Sebuah power amplifier dengan daya minimal 1000 watt untuk speaker full range bisa seharga 5 juta rupiah. untuk sound system outdoor setidaknya butuh 4 unit. jadi 4 x 5 juta = 20 juta
Sebuah power amplifier dengan daya minimal 4000 watt untuk subwoofer bisa seharga 10 juta. jika kita memakai 4 buah subwoofer maka dibutuhkan 2 unit amplifier. 2 x 10 juta = 20 juta
Speaker untuk outdoor berjenis line-array bisa seharga minimal 5 juta perbuah. dan line array itu sendiri terdiri dari 2 rangkain speaker yang biasanya satu rangkaian berisi 4-10 speaker. jika kita memakai 4 speaker dalam satu rangkaian, maka kita membutuhkan 8 unit speaker. 8 x 5 juta = 40 juta
Karna kita menggunakan line array, kita membutuhkan crossover digital yang biasa disebut DLMS, harganya sekitar 7 juta rupiah per unit.
Karna kita menggunakan system besar, maka audio mixer berada di depan panggun. dan kita membutuhkan snake cable untuk mengirim signal input di panggung ke mixer. harga snake cable dengan kapasitas 24 input bisa seharga 3 juta rupiah.
Jadi totalnya adalah : 10 juta + 20 juta + 20 juta + 40 juta + 7 juta + 3 juta = 100 juta rupiah
Itu belum termasuk perangkat alat band, genset dan lighting ya...hehehehe
"Kok mixernya ada di depan panggung?"
"Apa gak pusing soundman nya liat kabel pating njelimet kaya gitu"
"Fungsi checksound apa sih? kayanya suaranya sama aja?"
"kok mixer ada 2 sih? yang satu di depan panggung, yang satunya di deket pemain band?"
"kalo mau buat sound system kaya gitu habis budget berapa ya?"
Setidaknya saya sering mendengar pertanyaan-pertanyaan diatas. Dan saya disini mencoba untuk menjadi perantara dan pencari jawaban atas pertanyaan diatas.
Saya berkonsultasi dengan Gusti dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah saya catat (niat banget lho)
"itu kalo konser besar, gue kok gak liat kabel jack keleweran ya?"
Kata gusti, itu karna mereka (soundman) memakai sebuah kabel yang isinya puluhan pasang kabel yang biasa disebut Snake Cable, jadi tidak ada kabel yang berserakan di depan panggung sampai ke F.O.H (ruangan operator / mixer yang ada di depan panggung)
Contoh snake cable
"Kok mixernya ada di depan panggung?"
Nah kalo ini biasa disebut Front-of-House atau disingkat jadi F.O.H
tujuannya adalah supaya sound engineer bisa mendengarkan apa yang audience dengar, sehingga mereka bisa melakukan adjustment sesuai dengan yang mereka dengar, dan hasilnya pun lebih maksimal daripada bekerja di samping panggung karna bisa mendengar langsung suara yang dikeluarkan oleh speaker.
Front-of-House
"Apa gak pusing soundman nya liat kabel pating njelimet kaya gitu"
Sebenarnya sound system itu mudah, yang penting faham konsep "input / output"
Jika kita paham kedua hal diatas, maka melihat kabel berserakan seperti itu tidak akan membuat pusing, toh kita tau kok itu jalurnya pada kemana. Misalkan, gitar masuk channel 12, keyboard di channel 13, drum di channel 1-10. makanya engineer gak pusing, karna buat mereka, itu adalah beautiful mess
"Fungsi checksound apa sih? kayanya suaranya sama aja?"
Well, ini dibantah keras oleh Gusti. kata dia "coba look closer, ikuti acara dari mulai setup sampe selesai, bakal keliatan bedanya".
Fungsi checksound adalah melakukan pembagian volume dari masing-masing input sehingga tidak ada yang saling "tumpang tindih". Fungsi Checksound adalah untuk membagi frekuensi antar instrumen maupun input lain. Contoh : Gitar elektrik tidak dikurangi Low nya, pasti akan "Baku hantam" dengan bass gitar. Atau Tom floor dari drum tidak dikurangi low nya, pasti akan menindih kick drum. Checksound untuk band lain digunakan untuk adjustment agar identitas / color dari band tersebut bisa muncul dan standout.
"kok mixer ada 2 sih? yang satu di depan panggung, yang satunya di deket pemain band?"
Kalo yang ini, Mixer di depan panggung untuk mencampur suara yang akan dikeluarkan di speaker utama, sedangkan yang di samping panggung digunakan untuk kebutuhan monitoring supaya bisa berkomunikasi dengan pemain.
Contoh : pemain drum ingin mendengar gitar, bass, dan vokalis lebih banyak, maka yang melakukan adjustment adalah mixer monitor, dan mixer F.O.H tidak perlu melakukan adjustment apapun.
"kalo mau buat sound system kaya gitu habis budget berapa ya?"
Ini baru pertanyaan sesungguhnya, hehehe.
Oke yuk kita main itung-itungan.
Sebuah mixer dengan input 24channel bisa seharga 10 juta rupiah keatas. Kita asumsikan 10 juta saja.
Sebuah power amplifier dengan daya minimal 1000 watt untuk speaker full range bisa seharga 5 juta rupiah. untuk sound system outdoor setidaknya butuh 4 unit. jadi 4 x 5 juta = 20 juta
Sebuah power amplifier dengan daya minimal 4000 watt untuk subwoofer bisa seharga 10 juta. jika kita memakai 4 buah subwoofer maka dibutuhkan 2 unit amplifier. 2 x 10 juta = 20 juta
Speaker untuk outdoor berjenis line-array bisa seharga minimal 5 juta perbuah. dan line array itu sendiri terdiri dari 2 rangkain speaker yang biasanya satu rangkaian berisi 4-10 speaker. jika kita memakai 4 speaker dalam satu rangkaian, maka kita membutuhkan 8 unit speaker. 8 x 5 juta = 40 juta
Karna kita menggunakan line array, kita membutuhkan crossover digital yang biasa disebut DLMS, harganya sekitar 7 juta rupiah per unit.
Karna kita menggunakan system besar, maka audio mixer berada di depan panggun. dan kita membutuhkan snake cable untuk mengirim signal input di panggung ke mixer. harga snake cable dengan kapasitas 24 input bisa seharga 3 juta rupiah.
Jadi totalnya adalah : 10 juta + 20 juta + 20 juta + 40 juta + 7 juta + 3 juta = 100 juta rupiah
Itu belum termasuk perangkat alat band, genset dan lighting ya...hehehehe
Ko
BalasHapusKo kalau liat konser besar gak keliatan sih kabel jack gitar nya yh itu pke apa yh!tolong jelaskan
BalasHapuspakai wireless set
HapusKo saya pengen bantuan nya nih Ko,atau minta pendapat,,,saya ada rencana mau berbisnis orgen tunggal,dana untuk soundystem ada bekisar 60 juta Ko,,saya gak tau mau gmana&milih merk paket sounds apa,,tlong bantu ko,krna saya sudah beli Keyboard Technich KN 7000
BalasHapusJaman sekarang dgn budget segitu saya kira cukup & kalo bisa pake key Yamaha Psr 950/970/ seri keatasnya lagi.
Hapuska mau tanya, saya punya ruangan kecil dan mau terapkan mixer sistem F.O.H. apakah alat musik semacam gitar akustik, orgen bisa dimasukan ke snake kable? setahu saya input di snake kable itu bukan akai ka.
BalasHapusmaaf ka saya masih awam.
ada kabel snake/stagebox yang inputnya pakai jack combo
Hapus